Minggu, 18 Juli 2010

dewasa adalah sebuah pilihan

Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang menulis postingan di sosial network miliknya, kira-kira bunyinya seperti ini "jadi anak sulung itu susah karena punya banyak beban dan tuntutan". Hmmm,gmn kalo jadi anak tunggal yang mendadak harus jadi anak sulung???? Yah itulah yang saya alami dan banyak suka duka yang saya rasakan. Pernah juga ada perasaan tidak mau menerima keadaan yang serba mendadak, tapi apa daya saya.


Waktu saya kelas 1 SMA tiba-tiba saja saya punya adik kecil yang baru berusia 14 bulan. Bukan orang lain memang, tapi anak dari adik ibu saya yang meninggal hanya beberapa bulan setelah beliau melahirkan anak ketiganya. Sangat mendadak rasanya, saya yang dari kecil terbiasa sendiri, terbiasa menjadi yang paling diutamakan, tiba-tiba dinomer duakan, ya tentu saja alasannya karena dia masih kecil jadi saya yang harus mengalah. 

Lambat laun saya mencoba mengerti dengan keadaan. Saya mengerti bahwa saya jauh lebih beruntung daripada dia. Saya masih memiliki kedua orang tua yang sangat mencintai saya. Apa salahnya jika saya berbagi dengan dia dan ikut memberikan kebahagiaan kepada dia yang tidak seberuntung saya. 

Saat ini sudah hampir 8 tahun dia tinggal bersama saya dan orang tua saya. Saya menganggapnya adik saya sendiri seperti orang tua saya yang menganggapnya sebagai anaknya, tanpa membeda-bedakannya dengan saya. Tidak bisa saya pungkiri kalau saya benar-benar menyayangi dia. Saya akan merasa sedih dan gelisah jika dia sedang sakit, dan rumah sepi rasanya kalau dia tidak berada di rumah.

Pertengahan tahun ini, saya memiliki seorang adik lagi. Kalau sebelumnya perempuan, kali ini saya punya adik laki-laki di rumah. Dia adalah kakak kandung dari adik saya sebelumnya. Orang tua saya memutuskan untuk mengajaknya tinggal di rumah agar bisa membantu membiayai sekolahnya dan agar bisa mengawasinya dengan lebih mudah. Tahun ini dia baru masuk SMA, saya ikut membantu mencari dan mendaftarkannya ke sekolah baru. Bahkan liburan kali ini saya habiskan untuk mengantar dan menjemputnya ke sekolah. Maklum dia baru bisa mengendarai motor, belum terlalu berani dengan jalanan di Surabaya yang begitu padat, tidak seperti di kotanya terdahulu, Pekanbaru.

Yah memang seolah saya seperti memiliki tanggung jawab dan banyak tuntutan secara mendadak. Tapi saya senang karena bisa berbagi tawa dan kebahagiaan dengan mereka. Saya bisa bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli kepada mereka, merengek-rengek kepada orang tua saya, dan mengecewakan orang tua saya tentunya. Tetapi saya tidak memilih itu. Hidup memang adalah suatu pilihan. Setiap hari, setiap waktu kita terus dihadapkan dengan pilihan. 

Di balik suka duka yang saya rasakan,saya terus berusaha mengikhlaskan keadaan dan menerima semuanya. Saya sudah berusia 20 tahun sekarang, saya saya bukanlah anak kecil lagi. Saya sudah dewasa. Bukan hanya secara umur, tetapi saya harus bisa menjadi dewasa dalam berfikir, berkata dan bertindak. Seperti kata orang bijak "Tua sudah pasti, tapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan" Saya tahu betul, usia ini bukanlah dimana saya bisa bermain seenaknya seperti seorang anak kecil yang tidak memiliki beban dan belum bisa menggunakan akal sehatnya. Saya sudah memiliki tanggung jawab, tidak hanya kepada orang tua, adik-adik saya, keluarga, teman-teman tapi juga pada diri saya sendiri.


1 komentar: