Jumat, 30 Maret 2012

Demo Anarkis, Menyalurkan Aspirasi Rakyat atau Menyalurkan Emosi Masing-Masing

Beberapa hari ini lagi marak pemberitaan tentang demo untuk menuntut rencana kenaikan harga BBM. Ga di koran ga di TV beritanya tentang unjuk rasa di berbagai wilayah tanah air. Mulai dari pihak yang mengatasnamakan mahasiswa, buruh, ormas Islam, dsb. Kog ya mau-maunya sih panas-panasan teriak-teriak di jalanan. Katanya sih kalau mereka ga melakukan demo tersebut, aspirasi masyarakat yang "katanya" mereka wakili ga akan didengar oleh pemerintah dan wakil-wakil rakyat di DPR. Oke lah kalau memang menurut mereka demikian, itu kebebasan mereka untuk melakukan tindakan tersebut. Saya sih ga masalah selama mereka melakukan demo dengan tertib dan tidak mengganggu kepentingan orang banyak. Tapi kalau sudah seenaknya nutup jalan sampai bikin macet jalanan, bahkan merusak fasilitas umum? Tentu saja NO NO NO. Dan sebaik-baiknya demo rasanya kog ga ada yang ga merugikan orang lain :| Kecuali demo masak atau demo kecantikan yang biasa diadain di Mall-Mall ya :D. 

Bicara soal kenaikan harga BBM, kalau subsidinya beneran dicabut. Siapa sih yang ga keberatan? Rasanya mulai dari masyarakat miskin sampai konglomerat juga ga ada yang setuju. Harga premium direncanakan naik jadi 6000 rupiah per tanggal 1 April. Premium sih bener naiknya cuma 1500 rupiah, tapi harga kebutuhan pokok yang semuanya ikutan naik ini yang bikin terasa berat. Bahkan premium belum dinaikin aja bahan-bahan makanan udah naik duluan. Tapi ya bukan berarti kalau kita menolak kenaikan BBM lantas ditunjukkan dengan demo anarkis. Saya sendiri jelas keberatan dengan kenaikan BBM, tapi saya akan tetap menerima kalau rencana ini benar-benar dilakukan. Saya percaya tidak mudah bagi presiden dan pemerintah mengambil keputusan untuk mencabut subsidi BBM. Mereka pasti telah mempertimbangkannya masak-masak, dan telah mengetahui dampak baik buruknya rencana tersebut. Jadi ketika mereka memutuskan menaikkan harga BBM, itu pilihan terbaik.

Saat ini saya melihat di salah satu stasiun TV, sekelompok gabungan mahasiswa dan buruh melakukan demo di depan gedung DPR. Anarkis? Bukan anarkis lagi, tapi brutal atau apalah namanya. Mereka menutup jalan tol di depan gedung DPR, merobohkan pembatas jalan tol, juga merobohkan pagar gedung DPR. Mahasiswa?? Benarkah mereka tadi mahasiswa? Sebagai mahasiswa saya merasa sangat malu melihat tingkah polah mereka tadi. Rekaman di TV tadi menunjukkan setelah pagar dan pembatas roboh, mereka bersorak-sorak, dan dengan brutalnya mereka menginjak pagar dan pembatas yang berjatuhan ke jalanan lalu menerobos masuk. Astaga, malu banget lah liatnya. Ga salah kalau polisi sampai nembakin gas air mata sama water cannon, dan seharusnya menangkap mereka kalau perlu. Kalau mereka bilang peduli rakyat kecil, menyampaikan aspirasi rakyat itu bener-bener diragukan. Apa benar mereka memperjuangkan kepentingan dan aspirasi masyarakat? Karena yang saya lihat mereka hanya menyampaikan aspirasi mereka sendiri, dan sekedar menyalurkan emosi masing-masing. Tindakan mereka itu tidak hanya merepotkan polisi, tapi juga mengganggu kepentingan masyarakat yang perjalanannya terhambat dan takut menjadi korban salah sasaran dalam aksi brutal mereka. 

Btw, saya juga sempat dirugikan dengan adanya kegiatan demo. Sore tadi perjalanan dari kampus menuju rumah yang biasanya hanya 30-45 menit terhambat sampai lebih dari 1 jam. Penyebabnya tidak lain karena unjuk rasa yang menutup jalan utama, sehingga seluruh kendaraan dialihkan. Saya rugi waktu dan uang lo, berapa banyak bensin yang seharusnya tidak terbuang karena macet ini. Jadi ngisi bensin lagi kan!!!! Beberapa hari sebelumnya saya melihat sekumpulan mahasiswa yang akan melakukan unjuk rasa. Mereka berdiri di atas truck yang akan membawa mereka ke tempat unjuk rasa. Belum juga mulai demo udah bikin jalan macet, gara-gara truck yang maksa nyari jalan. Dari atas truck mereka berteriak minta jalan melalui toa, kurang lebih demikian.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Sodara-sodara sekalian tolong kami diberi jalan, karena kami akan memperjuangkan kepentingan kalian semua dengan menentang kenaikan harga BBM.
Kedengarannya memang cukup santun ya, dan beberapa detik kemudian langsung berubah menjadi kata-kata kasar, seperti "Woooy minggir woooy kate lewat iki c**!!" Hahahaha. Mulai keliatan deh anarkinya. Ga banget lah buat kalian yang suka demo-demo anarki gini.

2 komentar: